SURABAYA — Wayan Supadno patut menjadi teladan berwirausaha. Betapa tidak, pria yang pernah mengalami beberapa kali kegagalan bisnis itu, kini bangkit berkat keuletannya. Wayan sukses dengan usahanya didunia bisnis Sawit Sapi.
“Kebun sawit penghasil gulma atau rumput. Jika rumput dikendalikan dengan herbisida maka akan menjadi sumber pemborosan dan perusak tanah,” ucapnya
Karena itu, praktisi pertanian ini mulai mendirikan ternak sapi untuk memakan rumput-rumput di kebun sawit. Dengan begitu, selain menekan biaya herbisida, juga menekan biaya pakan ternak sapi. Dari peternakan sapi, kemudian itu juga diproduksi pupuk kotoran hewan sehingga menjadi sumber pemasukan lainnya. Sistem itu disebut dengan integrasi sawit-sapi.
“Sistem integrasi sawit sapi mengubah beban biaya justru jadi penambah laba, mendongkrak laba petani dan atau peternak, dan usaha dapat berkelanjutan karena menjadi ekosistem dan ekonomi,” jelasnya.
Menurut Wayan, modal utama yang harus dimiliki untuk berbisnis atau menjadi pengusaha adalah kepercayaan. Meski seseorang pintar, kaya, dan banyak relasi, namun jika tidak dipercaya pihak lain maka akan mustahil bisa menjadi pengusaha.
Menyambut baik ajakan UNAIR untuk bekerjasama, Wayan juga menjelaskan bahwa sebelumnya dia juga menerima mahasiswa UNAIR untuk magang di tempat usahanya, yaitu di Pangkalanbun, Kalimantan Tengah. Magang yang dilakukan oleh mahasiswa UNAIR tersebut juga ditekankan untuk membuat mahasiswa mampu menjadi pengusaha bukan pekerja.
Wayan merupakan salah satu alumni Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya yang digandeng pihak kampus untuk bekerjasama mencetak wirausaha. Dia menjadi alumni UNAIR yang sukses bergerak di bidang bisnis Agro-Industri.
Pada pertemuan yang diadakan pada Senin (1/2/2021), Wayan menjelaskan bahwa pada tahun 1991-1993, sempat mengikuti pendidikan wajib militer di Magelang, dan bekerja di Perusahaan Farmasi sehingga terlatih di dunia bisnis dan hidup disiplin.
“Tahun 1995 saya hutang Primkopad sebesar 700.000, dimana uang 100.000 dari hutang tersebut saya gunakan untuk modal bisnis,” jelasnya.
Terdapat berbagai jenis bisnis yang telah Wayan coba. Diantaranya adalah bisnis karung bekas, bisnis cangkang sawit, bisnis pinang, ikan mas, kayu teh, sekam padi, hingga membuka kebun sawit. Salah satu bisnis yang berhasil adalah bisnis cangkang sawit untuk batu bara, yang merupakan hasil riset dan inovasi yang dilakukan bersama rekan bisnisnya.
Meski begitu, dirinya juga pernah mengalami kegagalan. Yaitu ketika membangun rumah sakit dan perumahan, yang membuatnya bangkrut hingga mencapai 38 Miliar rupiah. Pada saat melakukan riset cangkang sawit untuk menjadi liquid smoke, bricket, dan karbon aktif bersama rekan penelitiannya, Wayan juga harus mengalami kerugian hingga 465 juta rupiah sebab produk inovasinya ditolak oleh pasar Eropa.
Tidak putus asa, pada tahun 2009, Wayan akhirnya berhasil pada pengembangkan formulator pupuk organik hayati dan menjadi praktisi pertanian dan peternakan. Ilmu dan inovasinya kemudian diterapkan untuk mengolah kebun sawit agar perkebunan tidak merusak tanah dan tetap mendapatkan keuntungan yang maksimal.
UNAIR sendiri terus berupaya untuk mencetak para wirausahawan yang tidak hanya berfokus untuk mendapatkan laba, namun juga dapat bermanfaat dan memberikan berkah bagi masyarakat di sekitarnya. Untuk itu, UNAIR tidak berhenti untuk menggandeng para alumni yang telah sukses berbisnis untuk kembali ke kampus, ikut berkontribusi untuk mewujudkan tujuan tersebut.(*)