Ali Jamil Ajak Petani Tanam Porang Sistem Wanatani

BELAWAN – Kepala Badan Karantina Pertanian, Ali Jamil selaku koordinator upaya peningkatan ekspor pertanian mengajak petani di Desa Leci, Kecamatan Medan Tuntungan Sumatera Utara untuk membudidayakan tanaman porang dengan sistem wanatani atau agroforestri.

Hal itu ditegaskannya, saat melakukan kunjungan kerja dan monitoring Kostratani di Sumatera Utara, Selasa, (9/2). Kata dia, penanaman porang (Amorphophallus oncophyllus) dengan sistem wanatani atau memanfaatkan lahan kosong pada kebun hutan secara maksimal memberikan manfaat kelestarian lingkungan dan produksi kebutuhan pangan

“Saya senang dapat mengajak petani untuk menanam porang di hutan kayu mahoni ini. Semoga bisa memberi manfaat, terlebih porang kini menjadi salah satu komoditas yang laris di pasar ekspor,” kata Jamil melalui keterangan yang dirilisnya

Jamil menyebutkan bahwa sejalan dengan tugas yang diberikan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam mengawal Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor Pertanian (Gratieks), pihaknya terus melakukan sinergistas dengan berbagai pihak, termasuk dengan kelompok tani di Desa Leci.

Selain itu, menurut Jamil, penanaman porang dengan sistem wanatani juga menyesuaikan habitat awal komoditas ini yang tumbuh di hutan dan baru pertama kalinya dilakukan di Medan. Dan kini dengan kandungan berupa glukomanan yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan dasar obat dan kosmetika di luar negeri ini membuat komoditas inipun makin dicari.

Penanaman perdana kali ini juga turut dihadiri oleh Andi Yusmanto, Kepala Karantina Pertanian Belawan, Hasrul, Kepala Karantina Pertanian Tanjung Priok, Dahler Lubis, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara beserta tim Desa Gratieks Karantina Pertanian Belawan.

Felix pemilik lahan kebun hutan ini mengapresiasi ajakan untuk menanam porang. Awalnya sebut Felix, dirinya adalah eksportir binaan Karantina Pertanian Belawan dan kemudian mendapat informasi terkait porang yang laris di pasar ekspor. “Oleh karenanya saya menyambut baik ajakan ini, terlebih dengan sistem wanatani ini,” paparnya

Untuk tahap awal, tambah Felix, baru 2 hektar lahan yang digunakan dan akan terus berlanjut pada tahap berikutnya. “Semoga bisa memberi manfaat nyata bagi warga desa,” tuturnya.

Jamil pada kesempatan ini juga memberikan bimbingan teknis terkait cara budidaya porang yang benar, guna menghasilkan umbi dan bulbil/katak porang. Ia menyampaikan bahwa budidaya pembibitan porang kedepannya akan dilakukan dengan kultur jaringan, sebagai bukti seriusnya pemerintah terhadap budidaya porang.

Sesuai data pada sistem perkarantinaan, IQFAST Karantina Pertanian Belawan bahwa kinerja ekspor porang asal Sumut selama tahun 2020 sebesar 1.832 ton dengan nilai Rp 15,5 miliar. Harapannya dengan inisiasi penanaman porang dengan sistem wanatani ini dapat menambah produktivitasnya sekaligus meningkatkan kinerja ekspornya, baik jumlah tonase maupun jumlah negara tujuan.

“Data ini menunjukkan bahwa porang dapat menjadi ‘iconic ekspor” baru sekaligus dapat menjadi sumber ekonomi baru bagi petani, khususnya di Sumut,” kata Kepala karantina Belawan, Andi Yusmantoa.(*)

Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *