Dua persen ahli biologi mampu menciptakan telur tiruan yang 100 persen berbahan nabati yang ketika dilihat, dimasak, dan terasa seperti telur asli atau telur yang dihasilkan ayam.
Kedua perempuan itu, Philippine SoulEres dan Sheryline Thavisouk mempelajari lebih dari 50 resep uji coba selama bertahun-tahun untuk menghasilkan telur yang kemudian diberi nama Les Merveilloeufs.
Meskipun daftar bahan persisnya masih dirahasiakan, alternatif telur vegan perusahaan rintisan ini menggunakan kacang-kacangan sebagai bahan dasarnya.
Telur tiruan versi Les Merveilloeufs ini kelihatan lebih menonjol karena mempertahankan pemisahan putih dan kuning telur yang khas, dan bahkan hadir dengan cangkang.
Les Merveilloeufs bermitra dengan inkubator Station F yang berbasis di Paris, Prancis untuk meluncurkan produk telur tiruan ini di seluruh restoran vegan di kota mode itu. Mereka juga akan meluncurkan produknya langsung kepada konsumen di pasar domestik mereka di Prancis dan juga di pasar internasional.
“Tujuan utama kami adalah membuat Les Merveilloeufs tersedia untuk dibeli secara online dan di supermarket untuk vegan, untuk fleksibel, untuk orang yang menderita alergi telur atau intoleransi, dan bagi siapa pun yang ingin mencoba,” kata Thavisouk, seperti dikutip Greenqueen.
Mengingat telur menjadi salah satu sumber protein hewani yang paling terjangkau bagi jutaan orang di Asia dan di seluruh dunia, peluang bisnis untuk perusahaan rintisan Prancis ini sangat besar. India, misalnya, menghasilkan 100 miliar telur per tahun, sementara di Cina, angkanya mendekati 600 miliar per tahun.
Telur nabati ini juga membawa isu dampak lingkungan yang cukup besar di tengah sorotan terkait dampak emisi metana yang dihasilkan oleh peternakanayam dan juga sapi dan kambing.
Menurut sebuah studi 2018, jejak karbon rata-rata selusin telur sama dengan jejak karbon yang dihasilkan peternakan sapidan emisi gas rumah kaca yang merusak lingkungan.(*)