Oleh : Awaluddin
Salah satu bentuk perhatian PT Pertamina Patra Niaga di Kota Parepare adalah memberikan edukasi terkait pentingnya keselamatan warga dan lingkungan, khususnya yang tinggal diradius terdekat terminal BBM PT Pertamina Patra Niaga Parepare. Hal ini mendapat apresiasi positif dari warga, salah satunya lingkungan sekolah yang berada persis di sebelah terminal BBM Pertamina.
Salah satu sekolah yang secara kebetulan bersebelahan dengan PT Pertamina Patra Niaga Parepare adalah SD Negeri 34 dan SD Negeri 52 yang berlokasi di Jalan HM Arsyad Kecamatan Soreang Parepare.
Kawasan lingkungan sekolah ini tepat berada disamping Pertamina yang hanya dipisah oleh pagar pembatas.
Saat saya berkunjung ke sekolah tersebut, bermaksud hendak bertanya tentang dampak dan resiko berada diareal terdekat dengan terminal BBM Pertamina. Sebab, bukan tidak mungkin, resiko seperti kebakaran atau dampak lainnya mungkin ditimbulkan karena adanya produk industri BBM yang potensi bisa dengan cepat memicu kebakaran.
Kenapa saya katakan ini dalam tulisan. Sebab pernah salah satu peristiwa Terminal Integrated Bahan Bakar Minyak atau BBM milik PT Pertamina (Persero) di Plumpang, Jakarta Utara, terbakar pada Jumat 3 Maret 2023. Akibat insiden itu, ada 17 orang meninggal dan sedikitnya 50 orang terluka.
Tentu saja, hal serupa kita tidak diinginkan terjadi di Parepare. Kenapa? Karena TBBM Pertamina di Parepare juga berada di kawasan padat penduduk. Samping kiri, kanan dan depan adalah pemukiman penduduk. Sementara dibelakang adalah laut.
Saya kemudian mencoba menggali suasana dan kondisi lingkungan dan masyarakat yang berada di dekat kawasan terminal BBM Pertamina Parepare.
Penulis bertemu langsung dengan Kepala SD Negeri 34 Parepare Ibu Hadijah. Ia mengaku merasa aman-aman saja berada dilingkungan terdekat dengan terminal BBM Pertamina.
“Sudah lama sekolah ini berdiri disini, tapi Alhamdulillah belum ada ancaman akan kejadian ataupun peringatan bahaya yang pernah kami terima. Mudah-mudahan tidak terjadi,” ujarnya.
Hadijah menuturkan, meski baru setahun lebih menjabat sebagai Kepala Sekolah disana, namun pihaknya tetap mendapatkan penyuluhan dari pihak Pertamina akan potensi resiko yang mungkin terjadi.
“Kita bersyukur saja, bisa berada bersebelahan dengan Perusahaan Pertamina, karena sampai hari ini belum pernah ada semacam peringatan akan adanya bahaya, kami pikir juga mereka akan melakukan segalanya untuk mencegah potensi resiko,” jelasnya.
Hadijah menambahkan, pihak sekolah aktif mendapatkan penyuluhan akan resiko seperti kebakaran dari pihak Pertamina. Sebab memang bertetangga dengan perusahaan produksi BBM itu.
“Bentuk perhatian adalah pihak Pertamina memasang rambu jalur evakuasi di sekolah sebagai tanda kewaspadaan untuk keselamatan. Mereka juga biasa memberikan edukasi kepada warga sekolah terkait potensi resiko yang mungkin terjadi,” paparnya.
Diakui Hadijah, ada lebih dari 500 warga sekolah, yang terdiri dari siswa dan para guru untuk dua sekolah satu atap. Sehingga perlu selalu diberikan penyuluhan peningkatan kewaspadaan terkait resiko.
Hal sama juga diungkapkan salah satu guru senior sekolah tersebut bernama Lukman. Pak Lukman mengaku selama sembilan tahun mengajar, pihak Pertamina telah membantu sekolah dalam bentuk pemberian seragam perlengkapan siswa. Hal itu kata dia sebagai salah satu bentuk perhatian Pertamina kepada murid sekarang.
“Iya pak, Pertamina pernah membantu kelengkapan seragam kepada siswa dan memberikan sedikit akses parkir kendaraan guru yang ada didepan sekolah. Sebab katanya, lahan itu masih milik Pertamina. Mudah-mudahan kedepannya sekolah kami bisa terus bekerjasama dengan PT Pertamina Patra Niaga Parepare,” jelasnya.
Tokoh masyarakat sekitar yang berdomisili didekat TBBM Pertamina Parepare, Prof Baktiar Tijjang mengaku pernah mendengar kalau warga sekitar telah bertemu dengan pihak Pertamina untuk membicarakan potensi resiko.
“Dulu saya dengar warga bertemu dengan pihak Pertamina, namun tentunya sebagai warga yang berada didekat TBBM perlu terus mendapat penyuluhan,” jelasnya.
Rektor Institut Andi Sapada tersebut meminta warga dan Pertamina aktif menjalin komunikasi dan koordinasi agar semua bisa berjalan dengan baik.
“Kalau TBBM pindah lokasi tentu biayanya sangat tinggi, jadi solusi saat ini TBBM Pertamina perlu terus melakukan penyuluhan kepada warga sekitar,” tandasnya.