ENREKANG — Akhirnya petani bawang merah di Kabupaten Enrekang semakin bergairah. Pasalnya, pendapatan petani di bumi Masenrempulu itu akan meningkat setelah pola tani bawang merah berubah dari sebelumnya melalui program petik bawang merah.
PT PLN (Persero) bersama dengan petani terus melakukan upaya peningkatan produktifitas bawang merah sekaligus mendukung sumber energi yang lebih hemat dan ramah lingkungan dilahan mereka dengan beralih dari mesin genset menjadi listrik.
Salah satunya melalui Program Layanan Petik Bawang Merah yang menggunakan Zero Private Genzet bagi petani di Desa Pekalobean, Kecamatan Anggeraja, Enrekang.
Zero Private Genzet nantinya akan memberikan kemudahan serta biaya operasional lebih efisien dibandingkan genset bagi para petani Bawang merah di Desa Pekalobean. Hal ini, dapat meminimalisir bahkan meniadakan pembelian solar untuk genset karena beralihnya ke Listrik PLN dan mengurangi penggunaan Pestisida 50% bahkan sampai 70 % dengan adanya penggunaan Lampu Hama.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Enrekang, Addi mengatakan, petik adalah singkatan dari penggunaan listrik untuk bawang merah. Dimana listrik berguna untuk mengendalikan hama ulat melalui lampu listrik.
“Listrik digunakan mengendalikan hama ulat dan digunakan sebagai pompanisasi dalam rangka pemenuhan air. Jadi beralih dari penggunaan genset dengan BBM dasar solar,” katanya
Sejak dilaunching pada September 2020 lalu, kata Addi, petani bawang merah di Enrekang diharapkan mendapatkan keuntungan maksimal. Apalagi melalui teknologi listrik ini, penggunaan racun insektisida pada bawang merah semakin menurun yang berdampak pada menurunnya biaya produksi petani. “Kalau dulu setiap hari nyemprot insektisida, kini hanya 1-2 kali saja setiap musim tanam. Jadi hemat insektisida 50-70%, sehingga meningkat penghasilan petani kita,” katanya
Selain itu, produksi bawang merah Enrekang juga bebas dari residu yang selama ini terkenal dengan bawang yang kaya dengan pestisida. Namun sejak menggunakan lampu sebagai pembasmi hama, bawang merah lebih aman untuk dikonsumsi.
“Dulu kan bawang kita terkenal kaya pestisida, tapi sekarang sudah tidak ada lagi,” bebernya
Addi menambahkan, pendapatan petani bawang merah bahkan jauh lebih meningkat. Kata dia, hanya dengan modal 50-60 juta perhektare, petani bawang merah dapat meraup hasil panen maksimal hingga Rp 250 juta.
“Kalau hasil panen bagus perhektare bisa mencapai 10 ton. Jadi kalau dikali harga bawang merah Rp 25 ribu/kilo, maka petani bisa dapat Rp 250 juta,” tegasnya.(wal)