Sulawesi Selatan (Sulsel) memacu inovasi pertanian untuk mempertahankan status lumbung pangan dengan rata rata surplus beras 1,2 juta ton per tahun. Harapannya langkah itu bisa mendorong terwujudnya ketahanan pangan di Indonesia.
“Untuk menjaga produktivitas pertanian, khususnya tanaman padi kami terus melakukan inovasi baik dengan mekanisasi, intensifikasi, dan ekstensifikasi pertanian di tengah pandemi covid-19,” kata Kepala Dinas Tanaman Pangan, hortikultura dan perkebunan Sulsel, Andi Ardin Tjatjo.
Dengan upaya tersebut, kondisi pertanian Sulsel selaku penyangga pangan nasional masih dapat terjaga. Terbukti Sulsel masih menempati posisi keempat selaku provinsi yang memiliki produktivitas tanaman padi yang tinggi setelah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat.
Adapun produksi padi di Sulsel rata-rata 5 juta ton lebih Gabah Kering Giling (GKG) atau setara dengan beras 2,8 juta ton lebih. Dari jumlah tersebut, lanjut Ardin, sekitar 1,2 juta ton di antaranya adalah surplus dan menjadi beras mobilitas nasional (Mobnas) yang sewaktu-waktu digunakan pada saat ada bencana atau daerah lain kekurangan pangan.
Sementara berdasarkan data Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Sulsel diketahui pada periode Januari-Juli 2020 produksi padi di Sulsel sebanyak 2,7 juta ton lebih GKG atau 1,7 juta ton beras. Sementara kebutuhan konsumsi beras masyarakat Sulsel 37,5 kilogram per kapita per tahun. Sehingga terjadi surplus sekitar 1,2 juta ton lebih per tahun.
Andi Ardin mengungkapkan,niat sulsel pertahankan status sebagai lumbung pangan nasional sejalan dengan program pengembangan Pertanian Korporasi Berbasis Mekanisasi (PKBM).
“Dengan program ini, pemerintah daerah mampu mengoptimalkan alsintanmelalui Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA), dan menurunkan biaya produksi usaha tani,” ujarnya dalam rilis resmi, Selain itu juga meningkatkan produksi dan pendapatan petani serta meningkatkan minat kaum milenialdalam berusaha tani.